Konsep Takdir

Pelajari konsep takdir itu seperti apa dulu.. hati2 juga karena bisa terjerumus pada konsep yang salah..

  • Segala sesuatu adalah kehendak Tuhan dan manusia tidak punya andil, manusia hanya sesuatu yang berjalan sesuai kehendak itu (pemahaman salah).
  • Manusia memiliki kehendak bebas tanpa campur tangan Tuhan (pemahaman yang salah juga).

Saya pernah mendengar ceramah Ustadz Nuzul Dzikiri mengenai takdir.. referensi lainnya silakan cari di youtube dgn Ustadz yang sudah kredible. Kurang lebih gambarannya seperti ini.

  1. Ada takdir awal ( ini yang ditulis sebelum manusia lahir dan tidak bisa diubah seperti: lahir di keluarga mana, jenis kelamin, warna rambut, kematian, umur dsb). Ini adalah Qada. Ketetapan Allah.
  2. Takdir yang berubah bisa setiap tahun, bulan atau saat terjadi pilihan. Ada hadits yg menyatakan bahwa bulan Syaban adalah bulan dimana Allah menentukan takdir manusia. Maka disitu dianjurkan untuk perbanyak amal baik dan memohon takdir yang baik. Hal itu dinamakan Qadar. Salah satu qadar adalah bagaimana cara kita mati.

Setiap pergerakan benda, bahkan daun yang berguguran itu Allah mengetahuinya dan tercatat dalam lauhul mahfudz.

Setiap pilihan adalah takdir Allah, setiap baik dan buruk adalah takdir Allah. Namun disitu, bukan berarti manusia hanya boneka. Allah sudah memberikan akal, pikiran, dan hati. Hal itu yang digunakan untuk memilih takdir takdir Allah tersebut.

Ada satu kisah yang cukup menarik ketika Ummar bin Khaththab radhiallahu ‘anhu akan mendatangi suatu negeri namun ditengah perjalanan, beliau mengetahui bahwa negeri yang akan mereka datangi sedang terjadi wabah. Beliaupun memerintahkan untuk memutar tujuan. Kemudian salah satu muridnya bertanya “Wahai Ummar, apakah engkau sedang lari dari takdir?” Apa jawaban Ummar? Beliau berkata “Ya, aku sedang berlari dari satu takdir Allah menuju takdir Allah yang lainnya”.

Dari kisah itu terlihat jelas bahwa benar segala sesuatu itu adalah takdir, dan kita sekarang ini juga sedang melewati takdir, pilihan yang kita ambil bukanlah hal yang kosong, namun kita sedang beralih dari satu takdir menuju takdir yang lainnya.

Oleh karena itu, apabila ada suatu takdir yang sudah kita lewati yang membuat kita bersedih atau tidak merasa nyaman, kita mengucapkan “Qadarullah”. Karena hal tersebut sudah Allah tetapkan, dan sudah tercatat, kita dilarang membuka pintu syetan dengan mengucapkan seandainya begini seandainya begitu, karena takdir sudah ditulis dan tinta sudah mengering. Apa yang bisa kita lakukan adalah berhati2 terhadap langkah di depan, akan takdir takdir lain yang menanti kita yang belum tertulis dan tinta belum mengering..

Semoga membantu dalam memahami apa itu sebenernya takdir.

Ada satu ilustrasi lagi, misalkan hari ini Anda sedang berjalan, kemudian di tengah jalan anda menemukan dompet. (Sampai disini Allah mengetahui segalanya dan sampai detik anda berdiri di depan dompet itu takdir sudah ditulis) Kemudian pada detik ini, anda dihadapkan pada 2 takdir yang belum ditulis (tentu Allah juga mengetahui takdir takdir ini). Takdir itu berupa:

  1. Anda membiarkan dompet itu dan terus berjalan ke tujuan utama
  2. Anda mengambil dompet itu

Saat anda memilih takdir ke 2, takdir itu tertulis dan Allah Maha Mengetahui atas apa yang Anda lakukan. Pada saat ini Anda dihadapkan pada 2 atau lebih takdir yang lainnya, misalkan:

  1. Membuka dompet dan mengembalikannya
  2. Membuka dompet dan mengambil uangnya

Di sini, takdir untuk anda belum tertulis. Andaikata Anda memilih lagi takdir ke 2, maka saat ini takdir Anda sudah ditulis dan Allah Maha Mengetahui atas segala yang Anda lakukan.

Apakah sampai di sini? Oh tentu tidak, takdir yang Anda pilih ini mungkin akan mengantar anda kepada takdir takdir lain di depan, misalkan, Anda sakit karena memakan uang yang bukan milik hak Anda, atau mungkin Anda bisa masuk penjara jika pemilik itu tahu atau semacamnya. Karena sesuatu yang baik akan mengantarkan kita pada kebaikan selanjutnya, dan sesuatu yang buruk akan mengantarkan kita pada keburukan selanjutnya. Dan semua takdir itu juga tercatat dalam lauhul mahfudz.

Semoga penjelasan ini memberikan sedikit gambaran, apabila Anda menemukan kesalahan, sy mohon Anda bisa mengoreksinya.