6 Minggu Bersama Covid – 19 – Sharing Cerita Survivor Covid -19

Gw dinyatakan positif Covid-19 dari hasil swab massal di kantor pada tanggal 11 September 2020. Sebelumnya gw ada dalam sebuah acara kantor yang ternyata salah satu pesertanya positif. Tapi gw sendiri ga tau dan ga yakin juga apakah gw kena pada saat itu atau waktu sebelumnya, karena gw sehari-hari menggunakan transportasi umum dan tinggal di lingkungan yang aktifitasnya cukup ramai orang berlalu lalang. Yang jelas saat itu gw cukup terkejut. Ga nyangka aja selama ini sudah cukup memperhatikan protokol kesehatan, dan bisa dibilang gw ini rutin olahraga lari dan sepeda. Tapi mungkin Allah berkehendak lain.

Singkat cerita, gw dirujuk dan disarankan untuk isolasi di Wisma Atlet, karena di sana ada tim yang menangani masalah Covid-19 ini secara intensif. Gw masuk Wisma 3 hari setelah di nyatakan positif dengan berbekal surat rujukan dokter. Ga semengerikan yang gw bayangkan, isolasi di Wisma Atlet tergolong cukup nyaman, dengan unit seperti apartemen yang diisi 2 orang tiap unitnya. Ada 4 tower yang digunakan untuk pasien yang dibedakan berdasarkan tingkat keparahan gejala. Gw sebagai OTG di sana, wajib untuk tinggal selama 10 hari dan akan di swab di hari ke 11. Apabila hasilnya bagus, makan diperbolehkan untuk pulang. Aturan ini kemudian diubah bahwa setelah 10 hari isolasi tanpa ada gejala, pasien dapat pulang.

Pos Penjagaan

Selama tinggal di wisma, segala aktifitas dapat dilakukan seperti biasa. Ga ada yang gw rasain sama sekali. Gw juga tetap melanjutkan lari gw 3x seminggu dengan durasi kurang lebih 1 jam. Dengan mayoritas penghuni Wisma Atlet adalah pasien Covid-19, gw ga merasa terbebani saat harus berpapasan dengan orang atau untuk berolahraga. Namun tetap harus memperhatikan protokol kesehatan. Makan dan vitamin disedikan oleh Wisma Atlet, namun jika bosan, tentunya layanan Gofood dan Grabfood juga dapat dijadikan alternatif. Aktifitas sehari-hari dilakukan masing-masing, tanpa ada arahan atau jadwal. Cukup jaga daya tahan tubuh dengan aktifitas di luar ruangan, suplemen, makanan, dan istirahat yang cukup. Terdapat klinik dan perawat standby yang akan membantu segala kebutuhan pasien isolasi, terutama masalah kesehatan. Gw merasa lebih nyaman berada di sana daripada ada di lingkungan tempat tinggal karena merasa memiliki teman yang senasib untuk berjuang agar segera pulih.

Kondisi dalam unit

Unit-unit di Wisma Atlet seperti Apartemen dengan 2 kamar tidur. Cukup luas dan nyaman. Saat ini, terdapat 2 Tower yang aktif, yaitu Tower 4 dan 5 untuk pasien OTG, Tower 6 yang terdapat IGD dan ruang perawatan intensif yang lengkap, dan Tower 7 untuk penderita bergejala ringan. Setiap lantai terdapat Nurse dan Bruder sebagai koordinator pasien. Khusus untuk Tower OTG, hanya terdapat 1 klinik di lantai dasar.

Suasana Wisma Atlet dari Atas Tower
Banyak Teman Baru yang membantu menghilangkan Stress

Awalnya gw mengira bahwa olahraga yang gw lakuin akan meningkatkan daya tahan tubuh gw saat gw terinfeksi Covid-19, tapi ternyata gw salah. Pada isolasi hari ke 5, gejala khas Covid-19 muncul. Indra penciuman gw berkurang, bahkan hampir hilang. Gw ga bisa mencium aroma minyak kayuputih bahkan parfum, hanya sensasi menyengat alkohol saja yang bisa menembusnya. Saat itu, gw langsung berkonsultasi dengan perawat dan dokter kemudian disarankan untuk pindah ke gedung pasien bergejala untuk perawatan lebih intensif.

Pada tanggal 19 September 2020, gw resmi menjadi pasien Covid-19 bergejala, bukan lagi OTG. Takut? Pasti. Yang jelas, hari kepulangan gw akan mundur, karena tanggal 19 itu dianggap sebagai hari pertama gw lagi.

Di tower ini, pasien masuk diperiksa lagi dari segi fisik hingga lab, tak lupa pula EKG atau rekam jantung, untuk mengetahui kondisi awal dan bahan analisa dokter untuk perawatan selanjutnya. Selain vitamin, kini gw harus minum obat rutin, yang gw tahu adalah untuk imun booster dan antivirus, salah satunya adalah chlorokuin. Yup obat malaria itu. Selama 3 hari pertama terapi obat, perawat akan melakukan EKG rutin setiap hari, karena efek samping obat-obatan itu cukup keras, seperti gangguan ritme jantung. Terapi obat dilakukan selama 5-7 hari tergantung keluhan yang timbul. Gw sendiri selama terapi obat merasa mual dan disorientasi (pusing seperti vertigo). Mungkin akan berbeda-beda efek samping yang akan dirasakan setiap orang. Indra penciuman gw pun sudah berangsur membaik pada hari ke 2 setelah minum obat.

Para Dokter dan Perawat menghilangkan suntuk

Selain obat dan vitamin dari Wisma, gw juga rutin minum lemon madu panas setiap pagi, bearbrand, fish oil, dan beberapa obat herbal lainnya. Gw stop olahraga dan gw ganti dengan jalan kaki sambil bejemur, walaupun kadang sesekali gw berlari juga.

Aktivitas Rutin di Pagi dan Sore Hari

Sebelas hari pun berlalu, tepat tanggal 30 Septermber 2020, gw diperbolehkan pulang. Hasil swab gw masih positif, namun sudah tidak menunjukkan gejala apa apa lagi. Gw melanjutkan isolasi mandiri di tempat tinggal gw. Selama 10 hari, gw tetap mengonsumsi vitamin yang sama dengan yang diberikan di Wisma. Namun di waktu ini, makanan gw berantakan, terlalu sering makan indomie, nugget dan makanan siap saji lainnya. Pada hari ke 10, gw swab lagi dengan hasil yang masih positif.

Gw mulai mengevaluasi apa yang salah dengan kegiatan gw. Gw mencari banyak informasi hingga meminta saran dari teman. Ada teman yang membuat tabel asupan makanan harian, ada yang memberikan minyak kayu putih khas maluku. Satu persatu gw ikutin saran-saran dari mereka. Mulai dari memperhatikan asupan yang masuk dengan memperbanyak sayuran, buah bervitamin E dan C, menghindari makanan siap saji, memperbanyak minum air hangat, menjaga kebersihan mulut, dan meminum setetes kayu putih.

Akhirnya pada hari ke-14, yaitu tanggal 25 Oktober 2020, hasil swab gw negatif. Alhamdulillah rasa syukur gw setelah perjuangan selama 6 minggu untuk sembuh dari Covid-19 dikabulkan. Dari informasi yang gw peroleh, sebenarnya setelah 10 hari tanpa gejala dengan swab terahir, orang sudah dikatakan sembuh meskipun hasilnya masih positif. Mereka tidak menularkan virus lagi. Hasil positif yang diperoleh adalah sisa gen dari bangkai virus tersebut.

2 pemikiran pada “6 Minggu Bersama Covid – 19 – Sharing Cerita Survivor Covid -19

  1. Ping-balik: Pengalaman Donor Plasma Konvalesen – bagi Survivor Covid-19 – .:: Chillchild and The World ::.

  2. Ping-balik: Kiat dan Cara Gw Sembuh dari Covid-19 – .:: Chillchild and The World ::.

Tinggalkan komentar